BANDUNG, kemahasiswaan.itb.ac.id – Untuk mengantisipasi potensi-potensi terhadap gangguan kesehatan mental pada mahasiswa, Bimbingan Konseling (BK) ITB melakukan sejumlah langkah preventif hingga kuratif. Hal ini disampaikan oleh Kepala Seksi Bimbingan Konseling, Direktorat Kemahasiswaan ITB, Satiarsiatun M.Si saat kegiatan Sosialisasi Hasil Psikotes dan Kesehatan Mental Mahasiswa Baru ITB Angkatan 2021 hari ke-3 secara daring (23/11/2022).
“Kegiatan promotif yang BK lakukan diantaranya mengadakan roadshow ke fakultas/sekolah perihal hasil psikotest mahasiswa baru ini. Hal tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan masukan atau pun saran dari tiap-tipa perwakilan fakultas/sekolah, agar program yang dijalankan oleh BK ITB bisa lebih optimal,” ujar Satiar.
Untuk memberikan pelayanan seluruh mahasiswa ITB di 3 kampus multikampus, BK ITB menghadirkan 11 psikolog untuk kampus ITB Ganesha, 2 psikolog untuk kampus ITB Jatinangor, dan 2 psikolog untuk kampus ITB Cirebon. Para psikolog yang membantu pelayanan Kesehatan mental mahasiswa ini pun berasal dari berbagai bidang spesialisasi. Ada psikolog klinis, psikolog Pendidikan, hingga psikolog pengembangan industri dan organisasi. Beragamnya bidang psikolog yang dihadirkan lantarakan melihat dari jenis permasalahan yang dihadapi oleh mahasiswa ITB begitu banyak. Untuk itu pihaknya menghadirkan psikolog yang memang concern dalam bidang penanganan kasus-kasus tertentu.
Selain itu, pihaknya juga telah mengadakan pelatihan konseling bagi para dosen wali dan juga mahasiswa yang berminat menjadi pendamping sebayar. Pelatihan ini menjadi awal agar bisa dilakukan identifikasi sedini mungkin bagi mahasiswa. Hingga saat ini untuk pendamping sebaya ada sekitar 14 mahasiswa yang aktif membantu konseling awal.
Pada Sosialisasi Hasil Psikotes dan Kesehatan Mental Mahasiswa Baru ITB Angkatan 2021 hari ke-3 ini pun dipaparkan sejumlah hasil kajian terhadap kondisi mahasiswa baru Angkatan 2021 dari SBM, FSRD, dan juga SAPPK. Psikolog BK ITB, Isriani mengungkapkan kesimpulan dari kondisi mahasiswa dari ketiga fakultas/sekolah tersebut diantaranya FSRD, SBM, dan SAPPK memiliki perbedaan yang cukup khas. Jika sebelum-sebelumnya fakultas/sekolah mendapatkan gambaran kondisi psikis mahasiswa yang kurang lebih sama, namun kali ini lain. Dari ketiga fakultas/sekolah kali ini, pihaknya menilai perlu adanya hal yang lebih spesifik. FSRD lebih dikenal dengan jiwa seniman dan yang tergambarkan hasil psikotest ini begitu khas dan cara mereka memunculkan karakter seninya.
“Hal ini berbeda dengan mahasiswa di SBM yang dituntut untuk jauh lebih mandiri dan betul-betul harus bisa menghasilkan produk. Dimana mereka harus membuktikan diri bahwa mereka adalah seorang pengusaha. Sehingga wajar dan tampaknya ini sejalan dengan karakter yang ditumtut, maka aspek kemandiriannya cukup baik. Sedangkan di SAPPK kemandiriannya masih sangat perlu dikembangkan, seperti pada beberapa fakultas/sekolah Teknik lainnya,” jelas Isriana.