English Language Indonsian Language

Psychological First Aid (PFA) ITB 2023 : Membangun Kesadaran Dosen Akan Kesehatan Mental dan Pertolongan Pertama Psikologis Terhadap Mahasiswa

Rabu, 16 Agustus 2023 | Reporter : Satria Octavianus Nababan | Editor : Anne Rufaidah

BANDUNG, kemahasiswaan.itb.ac.id - Direktorat Kemahasiswaan ITB, melalui Sub-Direktorat Kesejahteraan Mahasiswa, berkolaborasi dengan UPT PSDM ITB, Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat, Pendamping Sebaya ITB, dan Tim Duta Ditmawa ITB, telah berhasil menyelenggarakan kegiatan Psychological First Aid (PFA) ITB 2023, menjadikan program ini sebagai upaya nyata untuk membekali mahasiswa baru, orang tua, dan dosen dengan pemahaman dasar tentang pentingnya kesehatan mental serta prosedur pertolongan pertama psikologis dalam mendukung individu yang sedang mengalami masalah mental.

Kegiatan ini dilangsungkan dalam tiga sesi berbeda yaitu sesi dosen, sesi mahasiswa baru, dan sesi orang tua, menawarkan pendekatan yang holistik untuk memastikan informasi penting tentang kesehatan mental sampai kepada semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan. Sesi pertama, yang khusus ditujukan untuk para dosen, diadakan secara hybrid pada Rabu, (9/8/2023), di ruang seminar gedung utama kampus ITB Jatinangor. Tak hanya itu, sesi ini juga disiarkan melalui kanal YouTube dan platform zoom meeting guna memastikan cakupan yang lebih luas.

Dalam sambutannya, Dr. G Prasetyo Adhitama, S.Sn., M.Sn., selaku Direktur Kemahasiswaan ITB, menyampaikan, "Tiga tahun terakhir kita menyelenggarakan acara ini untuk para mahasiswa, rupanya dalam pengalaman pelaksanaannya, memang tidak mungkin menyelesaikan persoalan atau mendeteksi persoalan itu dari awal hanya bersama mahasiswa saja, tapi perlu melibatkan para dosen terutama para dosen Wali, para Kaprodi dan Orang tua mahasiswa."

Sesi dosen ini dimulai dengan pemaparan mengenai pengenalan dan deteksi dini gangguan jiwa oleh salah satu psikiater Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat, Dr. Dini Indriany Sp.KJ. Ia mengingatkan bahwa masalah kesehatan jiwa dapat mempengaruhi prestasi akademis mahasiswa, namun dengan deteksi dini dan pemahaman gejala, dosen dapat memberikan dukungan yang lebih baik. Dra. Lismainar, M.Pd., Psikolog, juga memberikan pandangan mengenai peran dosen dalam mengidentifikasi permasalahan kesehatan jiwa pada mahasiswa, menyoroti empati dan dukungan yang dapat mereka berikan.

Terdapat 3 langkah dalam mengidentifikasi permasalahan kesehatan jiwa pada mahasiswa, langkah pertama yaitu membangun kesadaran dengan mengenali diri seorang  remaja, yang mana pada awal masuk kuliah yaitu umur 17-19 tahun merupakan tahapan remaja akhir dengan perkembangan emosional, fisik dan seksualnya sudah mulai mengalami kematangan. Langkah kedua yaitu, membangun empati baik empati kognitif untuk memahami orang lain maupun empati afektif untuk menyelaraskan perjalanan emosional. Terakhir, langkah ketiga yaitu, membangun tindakan berupa bantuan seperti pendengar yang aktif serta memberikan jejaring atau rujukan.

Pemaparan ketiga menyoroti pengenalan Psychological First Aid (PFA) oleh Dra. Resmi Prasetyani, Psikolog. Dalam paparannya, Dra. Resmi mengibaratkan PFA seperti Pertolongan Pertama Pada Keadaan Darurat (P3K), “PFA itu sama dengan P3K yaitu jika P3K diperlukan untuk mengurangi ketidaknyamanan tubuh karena luka fisik maka PFA diperlukan untuk mengurangi ketidaknyamanan yang disebabkan karena reaksi emosi dan pikiran setelah mengalami peristiwa stress yang tinggi atau traumatis,” ucap Dra. Resmi. 

Dra. Resmi menegaskan bahwa PFA tidak hanya relevan untuk profesional kesehatan mental, tetapi juga untuk masyarakat awam dalam memberikan dukungan emosional dan psikologis pada individu yang mengalami trauma atau stres. Metode ini menekankan empati, kehadiran, dan penerimaan, serta terdiri dari langkah-langkah konkret seperti melihat, mendengar, memberikan rasa nyaman, menghubungkan, melindungi, memberikan harapan, dan mengarahkan kembali pada situasi yang aman.

Topik terakhir mengenai intervensi Psychological First Aid dibawakan oleh Winda Ratna Wulan. Dalam sesi ini, Winda juga mengajarkan beberapa metode intervensi secara langsung kepada peserta, termasuk butterfly hug, hipnotis 5 jari, tought stopping, forgiveness therapy, dan relaksasi otot progresif.

Acara ditutup dengan sesi tanya jawab dan ice breaking, menciptakan suasana interaktif dan inklusif bagi semua peserta. Program ini berhasil mencapai tujuannya dalam memberikan pemahaman dasar tentang kesehatan mental dan pertolongan pertama psikologis kepada semua pihak yang terlibat dalam lingkungan kampus, serta menegaskan komitmen ITB dalam merawat kesejahteraan mental seluruh civitasnya.

Logo Kemahasiswaan ITB

Gedung Campus Center Barat Lantai 1

Jl. Ganesa No.10 Lebak Siliwangi

Kec. Coblong, Kota Bandung 40132

Phone: (022) 2504814

© Direktorat Kemahasiswaan Institut Teknologi Bandung