Hambatan dalam
berprestasi dapat muncul ketika seseorang tidak menetapkan tujuan, tidak
merencanakan cara mencapainya, dan tidak memantau kemajuan menuju tujuan. Hambatan
dalam berprestasi juga dapat muncul ketika seseorang menunda-nunda
(prokrastinasi), terlalu perfeksionis, kewalahan oleh rasa cemas, atau mencoba
melindungi harga diri mereka dengan menghindari kegagalan. Permasalahan
motivasi dalam berprestasi ini telah muncul sejak SMP dan kemudian menjadi
lebih besar lagi selama kuliah jika tidak segera ditangani. Berikut akan dibahas
sejumlah strategi yang dapat digunakan oleh guru/dosen, konselor, pembimbing,
dan orang tua untuk membantu remaja dalam mengatasi hambatan berprestasi,
khususnya dalam prokrastinasi. Kalian juga bisa praktekkan sendiri
strategi-strategi yang akan dibahas, lho! Pertama, kita pelajari dulu yuk apa
itu prokrastinasi dan mengapa prokrastinasi bisa terjadi?
Prokrastinasi
(atau menunda-nunda mengerjakan hal yang perlu dikerjakan) adalah hambatan yang
paling sering dialami oleh remaja dan dewasa awal untuk berprestasi dalam
kehidupan akademiknya (Santrock, 2016; Lakshminarayan, Potdar, & Reddy,
2013; Rice, Richardson, & Clark, 2012). Sebuah studi mengungkapkan bahwa
efikasi diri (self-efficacy) yang rendah dan regulasi diri (self-regulation)
yang rendah meningkatkan kemungkinan mahasiswa melakukan prokrastinasi atau
menunda-nunda (Santrock, 2016; Strunk & Steele, 2011).
Alasan lain seseorang
melakukan prokrastinasi/menunda-nunda (Santrock, 2016; University of Buffalo
Counseling Services, 2014): manajemen waktu yang buruk, kesulitan dalam
berkonsentrasi, ketakutan dan kecemasan (merasa kewalahan oleh tugas dan takut
mendapatkan nilai yang buruk, misalnya), keyakinan negatif ("Saya tidak
pernah bisa berhasil dalam hal apa pun," misalnya), masalah pribadi
(kesulitan keuangan, masalah dengan pacar, dan sebagainya), kebosanan,
ekspektasi dan perfeksionisme yang tidak realistis (percaya bahwa Anda harus
membaca semua yang tertulis tentang subjek sebelum mulai menulis makalah,
misalnya), dan takut gagal (berpikir bahwa jika Anda tidak mendapatkan nilai A,
Anda gagal, misalnya).
Prokrastinasi dapat
terjadi dalam berbagai bentuk perilaku, antara lain (Santrock, 2016; Pusat
Konseling Universitas Illinois, 1984):
1.
Mengabaikan tugas dengan harapan tugas itu akan
hilang.
2.
Meremehkan pekerjaan yang perlu dikerjakan atau
melebih-lebihkan kemampuan dan sumber daya yang dimiliki.
3.
Menghabiskan waktu berjam-jam untuk bermain games
dan menjelajahi Internet.
4.
Menipu/mengelabui diri sendiri bahwa kinerja
yang biasa-biasa saja atau buruk dapat diterima.
5.
Mendahulukan aktivitas yang prioritasnya rendah.
Misalnya, kamu memilih membersihkan kamar daripada belajar untuk ujian.
6.
Meyakini bahwa penundaan kecil yang berulang
tidak akan merugikan.
7.
Mendramatisir komitmen pada tugas daripada
melakukannya. Misalnya, kamu membawa buku saat liburan sebagai bentuk komitmen
untuk belajar tetapi tidak pernah membukanya.
8.
Tekun mengerjakan hanya pada sebagian tugas.
Misalnya, kamu menulis dan menulis ulang paragraf pertama makalah tetapi tidak
pernah sampai ke badannya.
Berikut adalah
beberapa strategi yang baik untuk mengurangi dan bahkan menghilangkan prokrastinasi:
·
Akui bahwa penundaan adalah sebuah masalah.
Seringkali orang yang prokrastinasi tidak menganggap kondisi mereka adalah
sebuah masalah. Saat kamu mengakui bahwa kamu melakukan prokrastinasi atau menunda-nunda,
kamu akan mulai berpikir tentang cara menyelesaikannya.
·
Identifikasi atau perjelas nilai dan tujuan yang
kamu miliki. Pikirkan tentang bagaimana prokrastinasi dapat merusak hal
yang kamu anggap penting dan tujuan yang ingin kamu capai.
·
Lakukan manajemen waktu. Buat rencana
tahunan (atau jangka waktu), bulanan, mingguan, dan harian. Kemudian pantau
bagaimana kamu menggunakan waktu untuk menemukan cara menggunakannya dengan
lebih bijak.
·
Bagilah tugas menjadi bagian-bagian yang
lebih kecil. Terkadang kamu melakukan prokrastinasi karena memandang tugas kamu
begitu besar dan membebani sehingga kamu tidak akan pernah bisa
menyelesaikannya. Jika demikian, bagi tugas menjadi unit-unit yang lebih kecil
dan tetapkan sub-tujuan untuk menyelesaikan satu unit pada satu waktu. Strategi
ini sering kali dapat membuat apa yang tampaknya menjadi tugas yang sama sekali
tidak dapat dikelola menjadi dapat dikelola.
·
Gunakan strategi perilaku. Identifikasi gangguan
atau distraksi yang mungkin menghalangi kamu untuk fokus pada tugas dan
aktivitas yang penting. Catat kapan dan di mana kamu terjebak dalam gangguan
atau distraksi ini. Rencanakan cara menguranginya dan kendalikan penggunaannya.
Strategi perilaku lainnya adalah membuat kontrak dengan diri sendiri atau
seseorang yang sering kamu temui terkait dengan masalah prokrastinasi ini. Dan
strategi perilaku lainnya adalah membangun penghargaan untuk diri kamu sendiri
dengan memberi insentif atau hadiah ketika kamu berhasil menyelesaikan semua
atau sebagian tugas. Misalnya, jika kamu menyelesaikan semua soal matematika,
manjakan diri kamu dengan menonton film setelah menyelesaikannya.
Gunakan strategi kognitif/pikiran. Perhatikan pikiran-pikiran yang dapat menyebabkan gangguan atau distraksi, seperti "Saya akan melakukannya besok", "Apa masalahnya dengan menonton TV selama satu jam atau lebih sekarang?" dan "Saya tidak bisa melakukannya." Bantah pikiran-pikiran yang muncul tersebut! Misalnya, katakan pada diri sendiri "Saya benar-benar tidak punya banyak waktu tersisa dan pasti banyak hal lain yang perlu saya selesaikan setelah ini", "Jika saya menyelesaikan ini, saya akan dapat menikmati waktu saya dengan lebih baik," atau "Mungkin jika saya langsung saja dan lakukan ini, tidak akan terlalu buruk. ”
Oleh: Nyayu Nazihah Khairunnisa, M.Psi.,
Psikolog
NOMOR DARURAT