Pentingnya Kesehatan Mental



Bahasan saya saat ini merupakan kelanjutan dari artikel sebelumnya yang masih membahas persoalan prikologis yang kerap ditemui ataupun dirasakan oleh sebagian besar orang dalam menjalankan kehidupannya baik di lingkungan sosial, keluarga maupun sekolah/perkuliahan yaitu gangguan Kecemasan.

Apa itu ganguan kecemasan adalah kondisi psikologis ketika seseorang mengalami rasa cemas berlebihan secara konstan dan sulit dikendalikan, sehingga berdampak buruk terhadap kehidupan sehari-harinya. Bagi sebagian orang normal, rasa cemas biasanya timbul pada suatu kejadian tertentu saja, misalnya saat akan menghadapi ujian di sekolah atau wawancara kerja. Namun pada penderita gangguan kecemasan, rasa cemas ini kerap timbul pada tiap situasi. Itu sebabnya orang yang mengalami kondisi ini akan sulit merasa rileks dari waktu ke waktu. Selain gelisah atau rasa takut yang berlebihan, gejala psikologis lain yang bisa muncul pada penderita gangguan kecemasan adalah berkurangnya rasa percaya diri, menjadi mudah marah, stres, sulit berkonsentrasi, dan menjadi penyendiri.

Sementara itu, gejala fisik yang mungkin menyertai masalah gangguan kecemasan antara lain:

·         Sulit tidur

·         Badan gemetar

·         Mengeluarkan keringat secara berlebihan

·         Otot menjadi tegang

·         Jantung berdebar

·         Sesak napas

·         Lelah

·         Sakit perut atau kepala

·         Pusing

·         Mulut terasa kering

·         Kesemutan

Meski penyebab gangguan kecemasan belum diketahui secara pasti, beberapa faktor diduga dapat memicu munculnya kondisi tersebut. Di antaranya adalah trauma akibat intimidasi, pelecehan, dan kekerasan di lingkungan luar ataupun keluarga.

Faktor risiko lainnya adalah stres berkepanjangan, gen yang diwariskan dari orang tua, dan ketidakseimbangan hormon serotonin dan noradrenalin di dalam otak yang berfungsi mengendalikan suasana hati. Gangguan kecemasan juga dapat dipicu oleh penyalahgunaan minuman keras dan obat-obatan terlarang.

Sebenarnya, gangguan kecemasan dapat diatasi tanpa bantuan dokter melalui beberapa cara, seperti mengonsumsi makanan bergizi tinggi, cukup tidur, mengurangi asupan kafein, minuman beralkohol, atau zat penenang lainnya, tidak merokok, berola raga secara rutin, dan melakukan metode relaksasi sederhana, seperti yoga atau meditasi.

Jika pengobatan mandiri tidak memberikan perubahan, disarankan untuk berkonsultasi dengan ahli seperti psikolog serta psikiater bila gangguan ini membutuhkan terapi medis biasanya meliputi pemberian obat-obatan antiansietas serta terapi kognitif.

Gangguan lainnya adalah depresi yang merupakan gangguan suasana hati yang menyebabkan penderitanya terus-menerus merasa sedih. Berbeda dengan kesedihan biasa yang umumnya berlangsung selama beberapa hari, perasaan sedih pada depresi bisa berlangsung hingga berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Selain memengaruhi perasaan atau emosi, depresi juga dapat menyebabkan masalah fisik, mengubah cara berpikir, serta mengubah cara berperilaku penderitanya. Tidak jarang penderita depresi sulit menjalani aktivitas sehari-hari secara normal. Bahkan pada kasus tertentu, mereka bisa menyakiti diri sendiri dan mencoba bunuh diri.

Berikut ini adalah beberapa gejala psikologi seseorang yang mengalami depresi:

·         Kehilangan ketertarikan atau motivasi untuk melakukan sesuatu.

·         Terus-menerus merasa sedih, bahkan terus-menerus menangis.

·         Merasa sangat bersalah dan khawatir berlebihan.

·         Tidak dapat menikmati hidup karena kehilangan rasa percaya diri.

·         Sulit membuat keputusan dan mudah tersinggung.

·         Tidak acuh terhadap orang lain.

·         Memiliki pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bunuh diri.

Berikut ini adalah dampak depresi terhadap kesehatan fisik yang mungkin dapat terjadi:

·         Gangguan tidur dan badan terasa lemah.

·         Berbicara atau bergerak menjadi lebih lambat.

·         Perubahan siklus menstruasi pada wanita.

·         Libido turun dan muncul sembelit.

·         Nafsu makan turun atau meningkat secara drastis.

·         Merasakan sakit atau nyeri tanpa sebab.

Ada beragam hal yang dapat memicu terjadinya depresi, mulai dari peristiwa dalam hidup yang menimbulkan stres, kehilangan orang yang dicintai, merasa kesepian, hingga memiliki kepribadian yang rapuh terhadap depresi.

Selain itu, depresi yang dialami seseorang juga bisa disebabkan oleh penderitaan akibat penyakit parah dan berkepanjangan, seperti kanker dan gangguan jantung, cedera parah di kepala, efek dari konsumsi minuman beralkohol berlebihan dan obat-obatan terlarang, hingga akibat faktor genetik dalam keluarga.

Dianjurkan untuk berkonsultasi kepada ahli yaitu psikolog jika merasakan gejala-gejala depresi yang berkepanjangan.  Apalagi jika gejala depresi tersebut sampai mengganggu proses pendidikan, pekerjaan, dan hubungan sosial, Penanganan depresi akan berbeda-beda karena disesuaikan dengan tingkat keparahan depresi yang diderita masing-masing pasien. Bentuk penanganan bisa berupa terapi konsultasi, pemberian obat-obatan antidepresi, atau kombinasi keduanya.

Demikian gambaran yang bisa saya berikan terkait persoalan psikologis yang dapat dialami siapapun termasuk Anda, setelah mengenali tanda-tanda tersebut Anda dapat menentukan Langkah penanganannya agar permasalahan yang Anda rasakan dapat diatasi dengan baik serta tidak menganggu aktivitas rutin yang dilakukan. Berpikiran positif dan pola hidup sehat adalah salah satu cara yang dapat dilakukan agar kita senantiasa berpikiran positif terhadap berbagai hal yang kita hadapi termasuk saat menghadapi kesulitan. Tidak kalah penting pula adalah pandai bersyukur terhadap hal-hal yang kita miliki akan mengindarkan diri kita dari pikiran negative dan lebih menerima keadaan kita dimana masing-masing individu memiliki kelebihan dan kekurangan. Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membaca dan termotvasi untuk menjadi pribadi yang lebih positif dalam memandang sesuatu hal.


                        Oleh : Wina Ratna Dewi Ariyanti, S.Psi., Psikolog

 

 

 

© Copyright 2019 Informasi dan Komunikasi Direktorat Kemahasiswaan ITB