Terjebak Pusaran Waktu


 

 

 

“………..Mereka mengabaikanku, tak peduli alasanku, tak ada yang mengerti keinginanku, tak ada yang mengerti diriku. Semua yang aku lakukan tidak sesuai harapan. Rasanya hampa, aku ingin menghilang, aku tak berguna…. “

Ini adalah luapan perasaan yang tak lagi terbendung manakala memenuhi benjana yang tersumbat tak mengalir dan akibatnya penuh tak tertampung.

Ada banyak dari kita dimana waktunya terhenti pada momen-momen yang membuat diri terluka. Terjebak pada pusaran waktu, memutar sebuah peristiwa berulang melebihi peritiwa itu sendiri.

 

 

Pengalaman masa kecil, trauma masa lalu, pengalaman akan kegagalan, penolakan dari orangtua, keluarga, teman atau lingkungan. Penolakan cenderung membuat penilaian yang negative terhadap diri dan orang lain, setidaknya untuk sementara waktu.  Memiliki orang tua yang selalu mengkritik, membebani dengan tanggung jawab yang terlalu dini. Tuntutan yang tidak memperhatikan kemampuan menjadikan kita tidak pernah puas dengan apa yang sudah dilakukan. Ini dapat menjadi cikal bakal kesepian, tidak berarti, tidak percaya diri.  kecemasan, memandang negatif diri sendiri. Semua ini dapat membuat seseorang merasa insecure," Insecure identic dengan perasaan tidak percaya diri dan merasa tidak aman dengan diri sendiri.

 

 

Insiden kecil ada kalanya menimbulkan riak, tapi meski hanya riak tidak semua orang dapat menenangkannya ada kalanya riak kecil bila datang bertubi-tubi dapat menghasilkan gelombang besar.  Ada banyak momen yang dapat membuat terjatuh, menimbulkan luka, bahkan  membuat ada bagian dari diri yang terkoyak. Kejadian itu ada kalanya membuat  terpuruk dan nyaris hancur. Ada kalanya menimbulkan rasa marah, marah pada diri ataupun pada orang lain. Stephen Hawking mengatakan. ”Marah pada cacat yang di derita hanya membuang-buang waktu. Kita harus melanjutkan hidup ini dan berusaha untuk tidak marah. Orang-orang tidak akan mau menyisihkan waktu untuk kita jika kita selalu marah atau mengeluh.”

 

 

Setiap orang pernah terluka, setiap orang akan mengalami yang namanya kehilangan, setiap orang akan mengalami ditinggalkan. Kesadaran akan penerimaan dari setiap peristiwa, mengizinkan setiap kejadian sebagai bagian dari proses pendewasaan diri dan memilih untuk tetap bergerak maju, melepaskan dan meninggalkan setiap momen yang tak mungkin diubah.  Memanggul semua peristiwa yang menyakitkan dalam perjalanan tentunya akan menguras energi. Produktifitas menjadi tidak optimal lantaran harus membaginya pada sesuatu yang jelas-jelas tidak dapat diubah.

 

 

Melihat sudut pandang berbeda, menjadikan sesuatu yang terluka menjadi sesuatu yang berharga seperti halnya filosofi sang kerang. Ketika sebutir pasir atau benda padat masuk ke dalam tubuh kerang mutiara. Moluska ini kemudian menggunakan getah di perutnya untuk membalut pasir yang melukainya dengan nacre. Menyelimutinya hingga akhirnya menghasilkan Mutiara yang bernilai tinggi.

 

Mengubah strategi yang berbeda, bergerak maju menetapkan target sebagai sasaran, dapat menjadi motivasi untuk maju. Regangkan tangan, akan banyak yang menyambut dan mendorong untuk terus bergerak. Tetap terhubung dengan sekitar, memberi kesempatan karena kita tak sendiri.

 

Ditulis oleh Mariyuana

© Copyright 2019 Informasi dan Komunikasi Direktorat Kemahasiswaan ITB