Berita

Psychological First Aid (PFA) 2024 Orang Tua: Upaya dan Dukungan Pertolongan Psikologis bagi Mahasiswa Baru ITB oleh Orang Tua

Rabu, 28 Agustus 2024 - Anne Rufaidah


JATINANGOR, kemahasiswaan.itb.ac.id – Sebagai bagian dari dukungan terhadap kesehatan mental mahasiswa baru, Direktorat Kemahasiswaan ITB turut mengundang orang tua dalam acara Psychological First Aid (PFA) 2024 yang dikhususkan bagi para orang tua mahasiswa baru angkatan 2024 pada Selasa (13/08/2024), di Auditorium GKU 2, ITB Kampus Jatinangor. Sesi yang dihadiri oleh 300 orang tua mahasiswa baru ini bertujuan untuk memberikan wawasan kepada orang tua mahasiswa baru ITB angkatan 2024 tentang langkah awal dalam penyelesaian masalah mental yang mungkin dihadapi anak-anak mereka.

Mengawali kegiatan, Direktur Kemahasiswaan ITB, D.Arch. G. Prasetyo Adhitama, S.Sn., M.Sn. menyampaikan dalam sambutannya mengenai pentingnya pemahaman mengenai kesehatan jiwa bagi orang tua mahasiswa baru. Ia juga menyampaikan terima kasih kepada Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat serta pihak-pihak yang telah mendukung penyelenggaraan kegiatan ini.

“Pada PFA tahun ini, tema yang diusung adalah “PFA sebagai Upaya Pertolongan Pertama Psikologis di Lingkungan Kampus ITB.” Pelatihan Psychological First Aid (PFA) ini bertujuan untuk memberikan wawasan kepada orang tua tentang permasalahan yang mungkin dihadapi oleh putra-putri mereka selama masa transisi dari remaja ke dewasa sebagai mahasiswa baru,” ujarnya.

Pada materi pertama, yang disampaikan oleh dr. Dini Indriyani, Sp.KJ., seorang psikiater dari Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. Ia menjelaskan mengenai peran orang tua dalam menjaga kesehatan mental mahasiswa. Generasi mahasiswa baru saat ini, yang dikenal sebagai Gen Z, memiliki karakteristik yang unik, termasuk keterbukaan terhadap teknologi dan kesehatan mental. Namun, generasi ini juga lebih rentan terhadap risiko penyakit mental. Dr. Dini menekankan pentingnya asesmen dini untuk mengurangi risiko dan mendorong orang tua untuk menjadi support system yang kuat bagi anak-anak mereka. Oleh karena itu, peran orang tua sangat vital dalam mendukung anak mereka, terutama dalam menghadapi masa-masa selama perkuliahan.

Lebih lanjut, dr. Dini juga membahas mengenai beberapa gangguan mental yang sering terjadi pada mahasiswa, seperti depresi, kecemasan, ide bunuh diri, gangguan makan, dan penyalahgunaan zat. Ia juga menjelaskan gejala-gejala yang mungkin muncul. Selain itu, Ia juga memberikan tips kepada orang tua tentang cara memberikan dukungan yang tepat, seperti mendengarkan keluh kesah anak tanpa menghakimi dan menciptakan situasi yang memungkinkan anak merasa didengar dan dipahami.

Materi kedua dibawakan oleh Karlina S.Psi., M.Psi., Psikolog dari BK ITB, yang menjelaskan peran orang tua sebagai support system dalam proses pembelajaran anak. Ia menggarisbawahi beberapa persoalan yang sering dihadapi oleh mahasiswa, seperti adaptasi terhadap lingkungan baru, relasi sosial, serta tekanan akademik. Karlina juga menekankan pentingnya orang tua menghindari ekspektasi yang tidak realistis dan labeling terhadap anak.

“Menciptakan ruang yang kondusif untuk komunikasi terbuka antara orang tua dan anak adalah langkah penting dalam mendukung kesehatan mental mereka. Ayah berperan untuk membantu tumbuh kembang anak dalam hal keberanian, kepemimpinan, dan sebagainya. Ibu juga berperan dalam memberikan dukungan emosional. Inilah saatnya orang tua lebih mengenal anaknya dan memberikan dukungan kesehatan mental,” ungkap Karlina.

Selain materi mengenai peran orang tua, acara PFA ini juga memperkenalkan konsep PFA itu sendiri, yang disampaikan dalam sesi ketiga. Dalam sesi ini, orang tua diajarkan cara melakukan PFA yang meliputi tiga prinsip dasar, sering dikenal dengan 3L, yaitu Look, Listen, dan Link. Prinsip ini bertujuan untuk membantu orang tua mengenali tanda-tanda stres atau gangguan pada anak mereka (Look), mendengarkan keluh kesah anak dengan empati (Listen), dan menghubungkannya dengan profesional jika diperlukan (Link). Pada sesi ini juga, Karlina mengenalkan butterfly hugs, sebuah teknik terapi sederhana yang dapat digunakan untuk menjaga kestabilan emosi.

Materi ketiga dibawakan oleh Dr. Media Yuni Kurniawati, Sp.S., seorang spesialis neurologi yang juga mewakili Ikatan Orang tua Mahasiswa (IOM) ITB. Beliau menjelaskan tentang peran IOM ITB dalam mendukung kesehatan mental mahasiswa. IOM ITB telah berperan aktif dalam memberikan bantuan finansial dan dukungan kesehatan mental kepada mahasiswa yang membutuhkan.

Dengan pemahaman yang lebih baik tentang tantangan yang mungkin dihadapi oleh mahasiswa baru,  para orang tua diharapkan dapat menjadi mitra yang efektif dalam perjalanan dalam dunia akademik dan kehidupan pribadi putra-putri menjadi versi terbaik mereka di ITB.

 

 

© Copyright 2019 Informasi dan Komunikasi Direktorat Kemahasiswaan ITB