BANDUNG, Ditmawa ITB – Pendampingan Sebaya dinilai menjadi salah satu treatment yang bisa dilakukan mahasiswa untuk tetap menjaga kesehatan mental dengan sesamanya. Hal ini diungkapkan oleh Psikolog Mariska S. Rompis, M.Psi saat menjadi pembicara dalam Webinar Bimbingan Konseling ITB, bertajuk Pelatihan Dasar Psychological First Aid (PFA) yang digelar daring pada 25 Oktober 2020 lalu.
“Peer Conseling atau biasanya juga disebut pedampingan sebaya adalah proses saling membantu untuk menyelesaikan masalah. Hal tersebut bisa dilakukan oleh sesama mahasiswa dengan berbagai cara, semisal mendengarkan, berdiskusi, dan sebagainya. Prinsipnya, Peer Conseling ini dilakukan oleh teman yang usianya tidak jauh berbeda, memiliki latar belakang budaya atau pendidikan yang sama atau mirip, dan bisa sama-sama berempati,” terang Mariska.
Menurutnya, ada beberapa manfaat pendampingan sebaya, baik dari sisi pendamping yakni konselornya, maupun dari sisi yang didampingi yakni mahasiswa. Dari sisi pendamping, menjadi konselor bisa meningkatkan beberapa keterampilan yang berkaitan dengan komunikasi, problem solving, juga kepemimpinan. Tak hanya itu, jadi konselor pada klien sebaya pun bisa meningkatkan rasa empati, menghargai terhadap sesama, self-esteem, menambah pengalaman di sector non akademik yang kelak berguna di dunia kerja.
Sedangkan, bagi mahasiswa yang didampingi, memiliki pendamping sebaya bisa membuka kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan emosi, mendapatkan informasi yang berguna untuk memecahkan masalah, memperoleh dukungan sosial dari orang lain, serta mendapatkan umpan balik terhadap perilaku diri.
“Seorang pendamping sebaya harus lebih aktif mendengarkan, menjadi refleksi bagi pikiran dan perasaan, mengeksplorasi pilihan, memberikan informasi, serta melakukan rujukan jika memang dibutuhkan,” ucap Mariska.
Tak hanya memberikan informasi perihal Peer Conseling saja, Bimbingan Konseling ITB pun menghadirkan beberapa psikolog lainnya untuk memperkaya wawasan Pelatihan Dasar Psychological First Aid (PFA) tersebut dengan menghadirkan Trianindari M.Psi serta Ardhana Riswarie M.A.AThR Art Therapist dari Bimbingan Konseling ITB.
Sementara itu, Direktur Direktorat Kemahasiswaan ITB Dr. G. Prasetyo Adhitama menyebutkan adanya pelatihan ini sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan konseling di ITB. Pihaknya menilai pelatihan semacam ini sangat penting bagi konselor yang juga mahasiswa ITB sebagai bentuk peningkatan kom”petensi softskill mahasiswa.
“Pelatihan ini sebagai langkah awal untuk memberikan pembekalan pada mahasiswa. Saya berharap para peserta yang mengikuti pelatihan ini bisa menarik manfaat semaksimal mungkin dari informasi yang disajikan. Sehingga, apa yang kami upayakan dalam mengatasi persoalan mental di kalangan mahasiswa ITB, bisa diselesaikan dengan cara yang semakin baik ke depannya,” tutup Prasetyo.