English Language Indonsian Language

Saturday Lesson : Sampah Berpotensi Hasilkan Ekonomi Berkelanjutan Bagi Masyarakat Indonesia

Selasa, 01 Maret 2022 | Reporter : Anne Rufaidah | Editor : Anne Rufaidah

BANDUNG, kemahasiswaan.itb.ac.id – Sampah kerap menjadi masalah yang tak kunjung usai, baik dalam tahap pengeolaan hingga tahap pembersihannya. Namun, sampah yang dianggap tak berguna, rupanya bisa menjadi potensi pertumbuhan ekonomi baru yang dikenal sebagai circular economy. 

“Banyak fakta yang serius soal permasalahan sampah ini. Untuk mencari solusi itu maka kami membuat sebuah gerakan kolaborasi dengan semua stake holder. Baik itu industri, komunitas, pemerintah, dan masyarakat. Tentu, kami tidak mungkin menyelesaikan masalah sampah sendirian. Kami bersama-sama mencari solusi yang efektif dan berdampak positif panjang pada masyarakat,” ujar Chief Marketing Officer dan Co-founder Octopus Indonesia, Hamish Daud, saat menjadi pembicara Saturday Lesson, Sabtu (26/2/2022). 

Melalui platform yang disediakan oleh Octopus Indonesia, ia bersama rekan-rekannya tidak hanya membuat gerakan pengentasan sampah, tetapi juga mencari solusi minimalisir pengemasan produk agar tidak menghasilkan sampah. Selain itu, pihaknya juga memberdayakan sejumlah pekerja yang awalnya pemulung menjadi pelestari yang terdidik untuk pengelolaan dan pengolahan sampah. 

Ia menyakini, bahwa sampah memiliki potensi ekonomi yang cukup signifikan saat dikelola dengan benar. Dari sampah inilah, masyarakat bisa mendapatkan keuntungan melalui pengumpulan dan diserahkan pada Octopus Indonesia, yang nantinya akan mendapatkan poin dan bisa ditukarkan dengan sejumlah benefit. Selain membuka lapangan pekerjaan dan benefit uang, pengelolaan sampah yang tepat juga menguntungkan ekosistem laut Indonesia. 

Domino effect dari pengelolaan sampah yang tepat ini memunculkan istilah circular economy dan ini sebenarnya sebuah ketidaksengajaan. Konsep circular economy semacam ini sebenarnya sudah diterapkan ratusan tahun lalu oleh petani di Indonesia. Contohnya, bagaimana sebuah Singkong bisa dimanfaatkan seluruh bagian tanamannya tanpa menghasilkan sisa atau limbah sampah. Di Octopus, kami membuat produk yang semua bagiannya terpakai. Setiap produk yang berasal dari runah tangga, pelestari, bank sampah, semuanya kami manfaatkan sehingga tidak ada yang terbuang dan menghasilkan sampah,” papah Hamish. 

Sebagai industri yang turut peduli akan pengelolaan sampah kemasan, P&G Indonesia melakukan sejumlah prosedur dalam pengelolaan sampahnya. Menurut Senior Brand Manager and Sustainable Champion P&G Indonesia, Ariandes Veddytarro, pihaknya  secara konsisten memiliki principal suistanble yang diterapkan dari proses hulu ke hilir secara operational. Tak hanya itu, pihaknya juga menerapkan 100 persen management process, pengelolaan air hingga 18 persen air yang ada di pabriknya berasal dari recyle water. 

“Kami memastikan bahwa produk-produk kami bisa terus bermanfaat, berdapak baik, dan berguna dalam jangka waktu panjang. Bagaimana dari produk yang kami hasilkan, bisa terus memberikan nilai dan berdampak positif terhadap lingkungan. Pengelolaan sampah tidak hanya cukup pada proses di hilir saja atau hulu saja. Untuk itu dari proses hulu, kami menerapkan 100 persen management process, pengelolaan air hingga 18 persen air yang ada di pabriknya berasal dari recyle water dan sebagainya. Sedangkan di proses hilir, kami membuat produk yang memiliki nilai dan dipergunakan dalam jangka waktu panjang maupun kemasan yang bisa dipakai berulang,” pungkasnya. 


 

Logo Kemahasiswaan ITB

Gedung Campus Center Barat Lantai 1

Jl. Ganesa No.10 Lebak Siliwangi

Kec. Coblong, Kota Bandung 40132

Phone: (022) 2504814

© Direktorat Kemahasiswaan Institut Teknologi Bandung