English Language Indonsian Language

Transisi Kompetensi Tenaga Kerja Era Automatisasi

Rabu, 30 Januari 2019 | Reporter : Tracer | Editor : Tracer

Fulca Veda

Bandung, ITB Career Center - Peradaban manusia selalu menginginkan kemajuan dalam pengerjaan berbagai tugas manualnya. Mulai dari penggunaan tenaga hewan untuk meningkatkan produktivitas pabrik, hingga penemuan mesin uap, automatisasi, dan kemajuan teknologi lainnya yang memungkinkan pekerjaan terselesaikan dengan lebih baik,cepat, dan murah.

Namun, siapa sangka bahwa setiap iterasi (pengulangan, red) mengenai automatisasi telah menimbulkan kekhawatiran bahwa mesin yang tak kenal lelah dan mudah diganti akan menghilangkan pekerjaan manusia.

Kebutuhan perusahaan vs kompetensi karyawan

Seperti dilansir dalam riset McKinsey Global Institute "Skill Shift Automation and The Future Of The Workforce", berbagai jenis pekerjaan berbasis human skills (kemampuan, red.) baik di Amerika, Daratan Eropa, bahkan Benua Asia akan terpengaruh artificial intellegence dan automatisasi.

Hal ini dibenarkan oleh HRD Manager PT Musashi Auto Parts Indonesia, Iqbal Prasetya. Dalam wawancara yang dilakukan oleh media ITB Career Center, Iqbal mengungkapkan bahwa untuk menghadapi era otomatisasi sendiri, perusahaan manufaktur pembuat komponen autoparts mobil dan motor ini sendiri sudah mulai mencari karyawan yang berkompeten khususnya di bidang artificial intelligence (AI) dan internet of things (IoT).

"Setidaknya ada sekitar 1200 mesin yang sekarang diautomatisasi dan dirobotisasi. Kami mencari karyawan yang kompeten khususnya di bidang automatisasi, artificial intelegence (AI) dan internet of things (IoT). Memang sebenarnya rekrutmen kami terbuka untuk seluruh universitas, karena kita paham input karyawan dengan kompetensi tersebut masih jarang. Dari sekian banyak universitas kami cari yang mumpuni di bidangnya, salah satunya di ITB," ungkapnya ketika ditemui di Kantor ITB Career Center, Selasa (29/1).

Meski mengaku sulit menemukan karyawan dengan kompetensi di bidang AI dan IoT, Iqbal menilai fresh graduate dari ITB mampu menjawab kebutuhannya karena pengalaman mahasiswa ITB dalam menjalankan proyek selama perkuliahan menjadi pertimbangannya.

"Menemukan karyawan yang kompeten dalam era automatisasi menjadi sulit karena banyak universitas yang tidak memiliki fasilitas laboratorium praktik yang memadai, bagaimana mungkin kami meng-hire alumninya jika tidak pernah melakukan praktikum sama sekali. Karena itu, Kami mempertimbangkan fresh graduate dari ITB karena telah memiliki pengalaman yang mumpuni selama menjalankan proyek semasa perkuliahannya," tuturnya.

Lebih jauh, pada era automatisasi total tahun 2030, riset dari McKinsey memprediksikan bahwa akan terjadi peningkatan dalam kebutuhan tenaga kerja dengan tiga kemampuan berikut:
  • Higher cognitive: skills ini menuntut kemampuan literasi dan kemampuan menulis tingkat lanjut, kemampuan statistik dan kuantitatif, berpikir kritis, serta proses mengolah informasi kompleks.
  • Sosial dan emosional atau kemampuan soft skills: skills ini meliputi kemampuan komunikasi dan negosiasi tingkat lanjut, empati, kemampuan management dan adaptasi.
  • Teknologi: kompetensi ini menuntut berbagai kemampuan IT tingkat lanjut, terkait data, analisis, engineering, dan riset teknis. Kemampuan ini menjadi salah satu yang paling dibutuhkan oleh perusahaan seiring meningkatnya kebutuhan akan software developers, insinyur, ahli robotik dan sains.
Meski begitu, menilik pada report Tracer Study ITB 2018, dari skala 1 hingga 5, alumni ITB angkatan 2011 mengungkapkan bahwa negosiasi (komponen soft skills, red.) menjadi kompetensi dengan capaian terendah (nilai 3.50) yang dikuasai oleh alumni ITB. Kemampuan administrasi menuliskan laporan dan dokumen (higher cognitive) mendapat nilai 3.80, serta keterampilan teknologi informasi dan komunikasi sebesar 3.89.
Logo Kemahasiswaan ITB

Gedung Campus Center Barat Lantai 1

Jl. Ganesa No.10 Lebak Siliwangi

Kec. Coblong, Kota Bandung 40132

Phone: (022) 2504814

© Direktorat Kemahasiswaan Institut Teknologi Bandung