English Language Indonsian Language

Industri di Jepang Siasati Gap Usia Produktif Lewat METI Japan Internship Program

Jumat, 08 Maret 2019 | Reporter : Tracer | Editor : Tracer

Fulca Veda

Bandung, ITB Career Center - Divisi Riset ITB Career Center menemukan bahwa Jepang selalu menjadi negara yang paling banyak dipilih oleh alumni dan mahasiswa ITB untuk bekerja maupun studi.

Hani, Alumni Fisika ITB 2012 membenarkan hal tersebut. Menurutnya, negri sakura kerap memberikan daya tarik tersendiri untuk menyiasati rasio usia lanjut dan usia produktif dengan mempermudah proses pertukaran informasi antara Jepang dan Indonesia. Melalui Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang/METI misalnya, Pemerintah Jepang secara rutin mengadakan program internship secara gratis guna memenuhi kebutuhan internasionalisasi dengan melibatkan anak-anak muda dunia pada perekonomian Jepang.

"Di Jepang lebih banyak angka usia lanjut daripada usia produkif. Disisi lain pemerintah Jepang juga menginginkan bisnis kecil dan menengah (Small and Medium Enterprises/SME) untuk bisa ekspansi ke luar negeri. Karena itulah pemerintah memprakarsai program METI Internship Program untuk proses internasionalisasi, mereka menggaet anak muda dari seluruh dunia untuk beradaptasi mengenal budaya kerja di Jepang dan terutama berkontribusi pada peremajaan perekonomiannya," ungkapnya ketika ditemui disela seminar METI Japan Internship Program Batch 4.

Project Director METI JIP – Indonesia, Achmad Fauzi, menuturkan bahwa dengan menggunakan tenaga kerja dari luar negeri, setidaknya perusahaan SME di Jepang akan mulai beradaptasi untuk meng-handle karyawan asing sekaligumemperoleh insight terkait pasar ekonomi global dari mata pekerja luar negeri.

ITB, menurutnya menjadi salah satu destinasi kampus di Indonesia yang diperebutkan oleh 220 perusahaan SME di Jepang. Tiga jenis perusahaan SME teratas di Jepang yang terdaftar pada program METI sejauh ini kerap membutuhkan mahasiswa teknik untuk industri manufaktur, retail dan servis.

"Dengan mendatangkan tenaga kerja dari luar negeri, Jepang berupaya untuk branchmarking dan memperluas jangkauan ekonominya. ITB menjadi salah satu kampus yang dilirik oleh lebih dari 200 host companies karena terbukti keluaran dan etos kerjanya selama ini diatas rata-rata," paparnya.

Hani sendiri merupakan salah satu intern yang terpilih pada program METI Internship Program Batch 3. Selama 3 bulan, Hani bekerja sebagai research intern dalam sebuah startup di Kota Chiba yang bergerak dalam bidang komponen sensor dan teknologi.

"Saya internship di Steravision, di Kota Chiba. Ini jenis startup, baru berdiri 6 bulan. Selama 3 bulan magang sebagai research intern, saya contribute dalam pengembangan produk mereka, termasuk upayakan emerging bisnisnya ke Indonesia," tuturnya.

Kultur kerja di Jepang ternyata sangat berbeda dari Indonesia. Untuk industri startup di Jepang sendiri, Hani menceritakan bahwa ada perbedaan jam kerja yang sangat tinggi dari kebanyakan startup di Indonesia.

"Yang kita tahu image Negara Jepang kan workaholic. Kultur kerja startup di Jepang saja beda banget sama kebanyakan startup di negara lain. Di Indonesia startup itu flexi hours, kalau di Jepang tetap ada jamnya dari 8:30 sampai 17:15. Kalau Aku dateng pukul 8:30, karyawan Jepang sudah datang jam 7 pagi, kalau aku pulang jam 6 sore, mereka baru pulang jam 10 malem," ungkapnya.

"Yang terlihat sekali dari rasio usia produktifnya ya, di startup ini yang paling muda umurnya 40 tahun, dan yang paling tua 80 tahun. Dibilang ada ketertarikan untuk kerja disana lagi atau tidak, meski ditawari untuk full time dan environment-nya menyenangkan, untuk saya pribadi ada gap usia hingga puluhan tahun rasanya harus pikir-pikir lagi," imbuhnya. (fv)
Logo Kemahasiswaan ITB

Gedung Campus Center Barat Lantai 1

Jl. Ganesa No.10 Lebak Siliwangi

Kec. Coblong, Kota Bandung 40132

Phone: (022) 2504814

© Direktorat Kemahasiswaan Institut Teknologi Bandung