English Language Indonsian Language

Menilik Fluktuasi Industri Tambang Batubara dan Dampaknya pada Penyerapan Tenaga Kerja

Rabu, 27 Maret 2019 | Reporter : Tracer | Editor : Tracer

Fulca Veda

Bandung, ITB Career Center - Indonesia adalah salah satu produsen dan eksportir batubara terbesar di dunia, bahkan melampaui produksi batubara thermal Australia. Namun, dalam empat tahun terakhir, turunnya harga minyak dunia ternyata ikut menyeret harga komoditas tambang batu bara di negri ini.

Direktur ITB Career Center, Dr. Eng. Bambang Setia Budi bahkan menyatakan kekhawatirannya atas dampak turunnya komoditas tersebut dengan persaingan talent di industri pertambangan dan perminyakan, khususnya tambang batubara. Menurutnya, dalam tiga tahun terakhir banyak industri pertambangan di Indonesia yang mulai berhenti melakukan rekrutmen dan banyak lulusan teknik pertambangan yang tidak terserap.

"Dalam tiga tahun terakhir, rekrutmen perminyakan dan pertambangan, nyaris tidak ada akibat turunnya harga minyak dunia. Bahkan sempat menjadi perdebatan terkait serapan lulusan pertambangan di berbagai universitas, masih relevan tidak dengan fluktuasi industri saat itu," ujarnya.

Dalam Seminar Bukit Asam Goes to Campus ITB, Bambang menyayangkan penurunan angka rekrutmen di industri tambang Indonesia dengan membandingkan kondisi penyerapan talent di perusahaan tambang milik luar negeri.

"Sekarang perusahaan minyak dan tambang luar negeri sudah mulai melakukan rekrutmen bahkan menyasar talent-talent mahasiswa sejak tingkat dua. Schlumberger dan Halliburton adalah beberapa perusahaan yang tetap konsisten melakukan rekrutmen meskipun oil and gas di dunia harganya belum stabil. Lalu, bagaimana dengan perusahaan BUMN dan industri tambang dalam negeri kita?" pungkasnya ketika memberikan sambutan di Auditorium IPTEKS ITB.

Menanggapi hal tersebut, I Wayan Dana, Manager Human Capital PT Bukit Asam, mengatakan bahwa PT Bukit Asam (PTBA) secara kontinu tetap melakukan rekrutmen setiap tahunnya meskipun penyerapannya pernah menurun. Dengan didukung lebih dari dua puluh empat anak perusahaan, PTBA menurutnya tetap menjadi perusahaan tambang batubara kelas dunia dengan potensi produksi pertambangan hingga 20-30 tahun kedepan.

"PTBA di-backup oleh anak perusahaan yang bidang usahanya mendukung kegiatan pertambangan dari hulu hingga hilir. Kami punya kontrak 20-30 tahun dengan PLN yang mayoritas untuk pasokan kebutuhan energi di Jawa dan Bali," ujarnya.

Wayan menambahkan bahwa salah satu sisi negatif dari perusahaan komoditas seperti batubara adalah dikendalikannya harga batu bara oleh harga pasar dunia.

"Jadi jelas ya, kita ga bisa menciptakan harga batu bara dalam negeri sendiri, sehingga cenderung industrinya fluktuatif mengikuti pasar. Tapi saat ini kami optimis mampu menyerap talent profesional lulusan ITB, mengingat sekarang kita banyak proyek baru berkat himbauan pemerintah untuk mulai bertransformasi ke energi," tambahnya.

Wayan menghimbau kepada peserta Seminar Bukit Asam Goes to Campus ITB untuk memahami perubahan industri tambang saat ini. Tak hanya karena penggunaan batubara dua puluh tahun kedepan sudah dibatasi, namun menurutnya teknologi produksinya juga semakin mahal.

"Di Teluk Bayur, operasi pertambangannya belum ditemukan teknologi yang ekonomis dan strategis, padahal komoditi batubaranya merupakan bahan ekspor terbaik di dunia. Berdasarkan keputusan manajemen dan pemerintah, memang kita perlu olah batubara untuk menciptakan materi lain. Kalau efisiensi seperti ini tidak dilakukan, tentu harganya akan semakin melambung," ungkapnya.
Logo Kemahasiswaan ITB

Gedung Campus Center Barat Lantai 1

Jl. Ganesa No.10 Lebak Siliwangi

Kec. Coblong, Kota Bandung 40132

Phone: (022) 2504814

© Direktorat Kemahasiswaan Institut Teknologi Bandung