BANDUNG, kemahasiswaan-itb.ac.id — Rangkaian Seleksi Trainer Character Development Training (CDT) Institut Teknologi Bandung (ITB) kembali digelar pada Minggu, (28/05/2023) lalu di Gedung Kuliah Umum 2 Kampus ITB Jatinangor. Acara yang dinamakan Sekolah Calon Trainer ini turut mengundang perwakilan Ditmawa ITB yang diwakili oleh Ir. Hendri Syamsudin, M.Sc., selaku Kasubdit Kesejahteraan Mahasiswa dan pemateri profesional bidang public speaking, yaitu Fauzi Noerwenda. Adapun tema materi yang dibawakannya adalah ”Public Speaking and Crowd Controll: How to Get All the Attention When You Speak”.
Dalam paparan sambutan awal, Ir. Hendri menyampaikan bahwa tugas yang akan diambil oleh seorang trainer memiliki peranan penting dan menjadi salah satu indikator penentu keberhasilan kegiatan training CDT. Ia menjelaskan, mahasiswa baru yang akan menjadi trainee nantinya digambarkan sebagai sosok lulusan SMA yang akan dihadapkan dengan tantangan baru di dunia perkuliahan. Tentunya, rintangan dan masalah yang akan mereka hadapi ini akan menjadi sangat beragam dan kompleks karena lingkungan asal tempat mereka sebelumnya sudah pasti berbeda dengan lingkungan kampus.
"Saya percaya, para calon trainer yang berada di ruangan ini telah mengalami sejumlah pengalaman dalam hal beradaptasi dengan lingkungan Kampus ITB. Untuk itu, saya berharap, calon-calon trainer ini dapat membantu mahasiswa baru yang baru masuk ke lingkungan ITB karena pastinya mereka sangat membutuhkan bimbingan dan arahan yang bisa bersumber dari pengalaman-pengalama kalian dulu ketika masih berstatus mahasiswa baru," ujar Ir. Hendri dalam sambutannya.
Setelah sesi sambutan selesai, acara dilanjutkan dengan penyampaian materi sesi 1 oleh Fauzi Noerwenda. Pada sesi ini, Fauzi menyampaikan materi perihal public speaking. Menurutnya, salah satu teknik yang bisa diterapkan dalam kegiatan training CDT adalah storytelling. Ia menyebutkan, teknik ini sangat bisa menghasilkan proses pelatihan yang efektif karena komponen-komponen yang ada didalamnya mampu menghidupkan sesi pelatihan dan tidak terkesan monoton.
”Salah satu kesalahan yang sering muncul saat kita berbicara di depan adalah pembawaan materi yang satu arah. Metode ini sebetulnya tidak salah, hanya saja untuk model pelatihan karakter, pemilihan teknik ini kurang tepat,” jelas Fauzi.
Lebih lanjut, Fauzi menambahkan bahwa teknik story telling dalam kemampuan public speaking dibagi menjadi beberapa metode, diantaranya: (1) Focus motivation yang berarti metode memusatkan perhatian audiens pada motivasi karakter utama; (2) Suspense cliffhanger yang berarti metode untuk menciptakan kejutan agar audiens tertarik; (3) Generosity trust bonding yang berarti metode untuk membangun ikatan emosional dengan audienst; dan (4) Empathy yang berarti metode agar audiens merasakan pengalaman yang terjadi dalam cerita atau materi yang disampaikan.
Setelah sesi 1 selesai, acara dilanjutkan dengan pematerian crowd controll yang masih dibawakan oleh Fauzi Noerwenda. Adapun fokus pembahasan sesi ini adalah mengenai upaya-upaya yang bisa dilakukan seorang trainer dalam mengatur kondisi pelatihan yang memiliki berbagai jenis karakteristik peserta.
”Dalam setiap sesi pelatihan, kita pasti akan menjumpai berbagai karakteristik dari peserta. Misalkan seperti peserta yan mengobrol, peserta yang pasif, peserta yang bosan, dan peserta yang ngantuk. Cara menghadapi masing-masing jenis peserta ini tentunya juga berbeda-beda dan karena itulah seorang trainer yang baik harus peka dalam memahami situasi ini ,” jelas Fauzi.
Di akhir acara, kegiatan ditutup dengan sesi pelatihan secara langsung yang dilakukan oleh masing-masing calon trainer. Pelatihan ini dilakukan agar peserta bisa langsung menerapkan ilmu-ilmu yang telah disampaikan oleh pemateri sehingga ketersampaian ilmu yang diberikan bisa lebih tertangkap oleh peserta