BANDUNG-kemahasiswaan.itb.ac.id -Tiga mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) asal jurusan Teknik Sipil dari Fakutas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL) dan Perancangan Wilayah Kota dari Sekolah Arsitektur dan Perencanaan Pengembangaan Kota (SAPPK) berhasil meraih juara 2 dan juara favorit dalam National Paper Competition Kompetisi Rancang Bangun Udayana, pada (06/05/2023) lalu. Tim yang bernama "Optimist Prime" ini berhasil meraih penghargaan setelah ajukan inovasi permasalahaan perkotaan dengan tema"Upaya Penurunan Emisi Karbon Melalui Revitalisasi Kawasan Kumuh Perkotaan”.
Saat diwawancara oleh Media Ditmawa ITB, ketua tim, Khairani mengungkapkan bahwa inovasi yang mereka gagas adalah Terasering Green Building. Rancangan ini adalah jawaban dari masalah tingginya emisi karbon dan kawasan lingkungan kumuh di perkotaan agar masyarakat yang tinggal di lingkungan tersebut bisa mendapatkan tempat tinggal yang layak. Adapun beberapa ide yang mereka tawarkan adalah revitalisasi gedung lama dengan konsep terasering agar nantinya terbentuk kawasan hunian baru yang mampu mengurangi emisi karbon.
"Emisi karbon dapat dikurangi oleh gagasan solusi kami karena bentuk terasering yang dirancang bisa dijadikan lahan hijau yang mampu kurangi karbondioksida. Selain itu, kenyamanan penghuni juga jadi prioritas kami sehingga semaksimal mungkin bangunan tersebut kami rancang bisa mendapatkan pencahayaan alami dan sirkulasi udaranya yang bagus. Kemudian, untuk pemilihan lokasi wilayah delineasi, kami juga mempertimbangkan letak kawasan studi kasus yang ada di dekat sungai dan padat penduduk agar solusi ini andal terhadap masalah yang terjadi," jelas Khairani.
Lebih lanjut, Khairani menjelaskan rangkaian kompetisi ini diawali dengan pengumpulan abstrak yang menjelaskan ide mereka secara umum. Setelah dinyatakan lolos abstrak, tahal selanjutnya yang mereka hadapi adalah pembuatan full paper. Pada tahap ini, berbagai tantangan banyak mereka hadapi.
"Dalam penulisan full paper, kami membutuhkan berbagai data yang harus diperoleh dari stakeholder. Akhirnya, kami wawancara langsung ke daerah tinjauan kami, yaitu Kelurahan Braga. Dari proses ini, kami menjadi lebih tahu kondisi sesungguhnya permukiman kumuh di tengah perkotaan. Uniknya, karena birokrasinya panjang, kami sempat kesulitan dalam mendapatkan akses wawancara. Meskipun begitu, proses itu tidak begitu lama dan kami berhasil wawancara mereka," ungkap mahasiswa asal Jakarta ini.
Di akhir sesi wawancara, anggota tim lain, Liora menyebutkan bahwa kunci utama keberhasilan timnya bisa meraih penghargaan adalah perihal kesamaan visi antar anggota tim dan tidak cepat puas dengan hasil telah didapat.
"Menurutku, yang paling utama adalah menyamakan visi semua anggota. Misalnya, saat kami sama-sama punya tujuan ingin menang, tentunya semua anggota tim akan punya semangat untuk mempelajari hal baru, memberikan effort lebih di lomba ini, dan bisa saling motivasi juga. Selain itu, jangan pernah puas untuk hasil yang telah didapat juga penting agar kedepannya kita bisa terus mengevaluasi hal-hal yang sudah dibuat dan akan mencoba untuk mengembangkan hasilnya lebih baik lagi," tutup Liora.