JATINANGOR, kemahasiswaan.itb.ac.id - Sebagai langkah proaktif dalam mengatasi tantangan kesehatan mental di kalangan mahasiswa baru, Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar acara Psychological First Aid (PFA) dalam rangkaian Penyambutan Mahasiswa Baru (PMB) 2023. Kegiatan yang diadakan secara hybrid ini berlangsung pada Selasa, (15/8/2023), di Ruang Auditorium, Gedung Kuliah Umum 2 Lt. 3, Kampus ITB Jatinangor.
Kolaborasi antara Direktorat Kemahasiswaan ITB, Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat, Pendamping Sebaya ITB, dan Tim Duta Ditmawa ITB menghasilkan acara yang bertujuan untuk memberikan pemahaman dasar tentang pentingnya kesehatan mental serta prosedur pertolongan pertama psikologis kepada mahasiswa baru, orang tua, dan dosen. Kegiatan ini diharapkan dapat membantu mereka dalam memberikan dukungan kepada individu di sekitar yang sedang mengalami masalah yang mempengaruhi kesehatan mentalnya.
Wakil Rektor bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Prof. Dr. Ir. Jaka Sembiring, M.Eng., dalam sambutannya mengungkapkan, “dari data yang kita dapatkan, semakin banyak sebenarnya mahasiswa yang mengalami gangguan psikologi dalam berbagai tingkat dan ini sebenarnya bukan hanya mahasiswa ITB, seluruh mahasiswa, seluruh masyarakat, khususnya di generasi muda itu mengalami hal yang sama.”. Prof. Jaka menjelaskan bahwa perubahan besar dalam lingkungan dan tuntutan zaman modern telah mempengaruhi kesejahteraan psikologis manusia, terutama generasi muda seperti generasi Z.
Kegiatan ini diisi oleh empat narasumber yang berpengalaman di bidangnya masing-masing. Dr. Hasrini Rowawi, Sp.Kj, Subsp A.R(K), MHA, membawakan materi tentang pengenalan dan deteksi dini gangguan jiwa pada mahasiswa. Dalam pemaparannya, dijelaskan bahwa data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan prevalensi gangguan jiwa pada mahasiswa mencapai 20-30%, namun sebagian besar kasus tidak terdeteksi secara dini. Ia memberikan penjelasan mendalam mengenai gejala-gejala depresi dan pentingnya mengenali tanda-tanda tersebut.
Selanjutnya, Dra. Lismainar, M.Pd., Psikolog, memberikan paparan mengenai quarter life crisis, yang merupakan periode tantangan emosional pada usia remaja menuju dewasa. Ia menggarisbawahi pentingnya mengenali dan menghadapi krisis ini agar tidak berdampak pada masalah psikologis yang lebih serius. Beberapa gejala Quarter Life Crisis diantaranya perilaku impulsif, merasa terjebak dan membutuhkan perubahan, hubungan yang berfluktuasi dan ketidakmampuan untuk berkomitmen, sulit mengambil keputusan, merasa terisolasi dan kesepian, merasa kehilangan arah, cemas dan depresi, insecure, serta merasa kehabisan waktu.
Dra. Resmi Prasetyani, Psikolog, membahas pengenalan tentang Psychological First Aid (PFA), sebuah perawatan dasar yang sederhana dan praktis. PFA bertujuan untuk membantu orang dalam situasi sulit, melalui pendekatan yang fokus pada mendengarkan dan memenuhi kebutuhan dasar penyintas, serta melindungi dari dampak negatif lebih lanjut.
Winda Ratna Wulan melanjutkan dengan memaparkan intervensi PFA yang praktis. Ia memaparkan lima bentuk gerakan intervensi PFA, termasuk butterfly hug, hipnotis 5 jari, thought stopping, forgiveness therapy, dan relaksasi otot progresif. Penjelasan Winda mengenai butterfly hug yang sederhana dan efektif untuk meredakan nyeri menjadi salah satu sorotan menarik.
Acara ini juga dimeriahkan oleh penampilan ITBJazz, unit seni musik ITB, serta ice breaking berupa games dan sesi tanya jawab. Melalui kegiatan ini, ITB berupaya memberikan bekal penting kepada mahasiswa baru dalam menghadapi tantangan kesehatan mental serta memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang prosedur pertolongan pertama psikologis.
Dengan berbagai materi dan interaksi yang diberikan dalam kegiatan ini, diharapkan mahasiswa baru ITB mampu memiliki pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya kesehatan mental dan memiliki keterampilan untuk memberikan dukungan kepada sesama yang membutuhkan.