BANDUNG, kemahasiswaan.itb.ac.id – Dalam mendampingi, seorang pendamping sebaya perlu dibekali dengan berbagai kemampuan yang mumpuni untuk bisa memberikan bantuan pada teman sejawatnya. Bimbingan Konseling ITB menyelenggarakan Pelatihan Calon Pendamping Sebaya yang dilaksanakan selama 2 periode, yakni 26 November 2023 dan 16 Desember 2023, di Ruang 9231 GKU Timur Lt 4 Kampus ITB Ganesha
Untuk itu, seorang pendamping sebaya juga membutuhkan keterampilan dalam mendengarkan. Salah satunya yakni dengan diberikannya materi perihal Empathic Listening yang disampaikan oleh Psikolog BK ITB, Nyayu Nazihah Khairunnisa, M.Psi. Menurutnya, Empathic Listening bisa diartikan sebagai kemampuan mendengarkan untuk mengerti proses menerima, memperhatikan, dan menetapkan makna dari pesan yang didengar maupun dilihat.
“Mendengarkan menjadi salah satu bantuan karena biasanya dengan didengarkan seseorang akan merasa diterima, bebas berekspresi dan mulai memikirkan perubahan yang diinginkan, pengembangan diri, menjadi lebih baik. Selain itu, mendengarkan juga menjadi proses menjalin keakraban dan hubungan baik sehingg muncul rasa kepercayaan dan keterbukaan. Dan rasa empati hanya mungkin terjadi ketika kita meninggalkan prasangka kita dan memasuki dunia orang tersebut,” terang Nyanyu.
Pada kesempatan tersebut, calon pendamping sebaya juga diberikan pelatihan bagaimana seharusnya merespon setiap curhatan dari teman-temannya. Proses merespon menjadi tahapan penting setelah calon pendamping sebaya bisa memiliki kemampuan mendengarkan yang baik.
“Setelah mendengarkan, seorang pendamping diharapkan mampu memberikan respon yang sesuai dengan kondisi dampingan. Hal ini dimaksdkan untuk mengurai benang kusut dengan membantu dampingan melihat masalah lebih jelas. Pada fase ini, ada proses reflecting, dimana pendamping mengatakan kembali informasi penting yang diungkapkan oleh dampingan dengan menggunakan kata-kata pendamping sendiri secara lebih singkat dan jelas,” jelas salah seorang pemateri Psikolog BK ITB, Herdiana Muktikanti, M.Psi.
Meski membantu rekan-rekan sejawatnya, seorang pendamping sebaya juga tetap harus memperhatikan kondisi Kesehatan mental mereka. Menurut Psikolog BK ITB, Yusi Prasiwi M.Psi, saat melakukan kontak personal biasanya pendamping sebaya dengan dampingannya terbentuk iklim psikologis. Bisa karena sudah terbangun kepercayaannya maupun kenyamannya satu sama lain. Akan tetapi seorang pendamping sebaya tetap harus menyeimbangkan kondisi psikisnya.
“Peran sebagai pendamping sebaya memberikan banyak tuntutan, yang seringkali hal ini menjadi sangat melelahkan. Ketika pendamping tidak menemukan keseimbangan dalam pemenuhan kebutuhannya, maka pendamping dapat mengalami kesulitan untuk membantu orang lain, di mana situasi ini seringkali disebut sebagai burn out. Untuk itu diperlukan work life balance, meski pun sedang melakukan pendampingan,” ungkap Yusi.