BANDUNG, kemahasiswaan.itb.ac.id – Belum lama ini, Forum Mahasiswa KIP-K ITB menggelar kegiatan FBM Care and Share (26/11/2023). Kegiatan yang mengusung tema soal Kesehatan Mental Mahasiswa tersebut, mengundang Psikolog dari Bimbingan Konseling (BK) ITB, Selly Puspita Azzahra M.Psi.
“Stress di kalangan mahasiswa menjadi hal yang biasanya terjadi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adanya masa transisi ke perguruan tinggi cukup membawa perubahan dan tantangan ke dalam kehidupan individu. Selain itu, mahasiswa juga menghadapi situasi jauh dari orang tua/significant other yang mengharuskannya membangun relasi baru dan adjust dengan kehidupan perkuliahan yang berbeda dengan sekolah,” ucap Selly.
Dalam beberapa kasus, ada juga mahasiswa yang seringkali mengalami kesepian, homesick, konflik dan distress dalam hubungan interpersonal. Biasanya, mahasiswa yang memiliki level stress yang tinggi karena tuntutan performa akademik yang tinggi pula bisa menyebabkan masalah pada kesehatan mentalnya. Lalu apa sebenarnya yang dimaksud dengan stress? Menurut konsep dari Cannon dalam Fight and Flight Response, stress adalah hubungan individu dengan lingkungan yang menuntutnya untuk menyesuaikan diri namun di luar kemampuan dirinya.
Stress pun dinilai sebagai bagian dari kehidupan yang tidak bisa dipisahkan. Namun, yang perlu digaris bawahi, tidak semua stress itu negatif atau buruk. Selly mengatakan, dalam beberapa penelitian, stress bisa menyebabkan berfungsinya beberapa sistem memori pada otak manusia. Tentu saja hal ini tergantung Tingkat stressnya. Pada Tingkat stress tertentu bahkan bisa memotivasi seseorang untuk menyelesaikan sebuah permasalahan. Jadi, stress sebenarnya tidak bisa dihilangkan. Dari stress itulah seseorang bahkan bisa belajar bagaimana merespon hal tersebut dengan baik.
Ada beberapa sumber stress atau disebut stressor. Diantaranya Life Events, dimana bisa jadi stress terhadap seseorang, yang apabila kejadian tersebut membutuhkan penyesuaian perilaku dalam waktu yang sangat singkat. Sumber stress lainnya, berasal dari Chronic Strains atau kesulitan-kesulitan yang konsisten atau berulang-ulang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Terakhir, sumber stress juga bisa berasal dari Daily Hassles yaitu peristiwa-peristiwa kecil yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang memerlukan tindakan penyesuaian dalam sehari saja.
Dari sumber stress yang terindentifikasi, maka kita sebenarnya bisa melakukan hal-hal untuk menghadapi stress. Mulai dari mengenal sumber stress kita dan menuliskannya, mencari support dan tidak sungkan untuk bercerita dengan orang terdekat, belajar mengelola waktu: membuat skala prioritas. Kurangi rasa perfeksionis, dan lain sebagainnya.
“Ada bebarapa hal yang bisa dilakukan saat kita sedang menghadapi dampak kondisi stress. Mulai dari membiasakan tidur yang cukup, makan yang berutrisi, dan berolahraga. Selain itu bisa juga dengan Deep Breathing, hingga tertawa bersama teman atau sekadar menonton film,” ucap Selly.