BANDUNG, kemahasiswaan.itb.ac.id–Tiga mahasiswa asal prodi Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung (ITB) ditetapkan sebagai juara 2 pada ajang National Paper Competition CIVILWEEK 2023 pada Minggu, (26/11/2023) lalu. Kompetisi yang mengangkat isu seputar teknik sipil ini merupakan perlombaan di bidang karya tulis bagi mahasiswa tingkat nasional dan menjadi bagian dari rangkaian acara CIVILWEEK 2023. Adapun anggota dari tim yang bernama Kuya Kuyi Bubat ini di antaranya: Kinanti Arumsari Subrata (SI 20’), Ilham Azka Ramadhan (SI 20’), dan Fauzi Septama Sis (SI 20’).
Saat ditemui oleh Tim Humas Ditmawa ITB, ketua tim, Kinanti menjelaskan bahwa topik utama kompetisi ini adalah ”Struktur Ramah Lingkungan untuk Pembangunan Infrastruktur Ibu Kota Negara Baru Berbasis Smart City”. Melalui tema ini, kinan dan tim ditantang untuk mampu menghasilkan karya-karya aplikatif, inovatif, dan berkelanjutan sebagai pendukung program pembangunan infrastruktur ibu kota negara baru berbasis smart city. Kemudian, karya-mkarya tersebut diharapkan bisa bermanfaat dan dapat diimplementasikan dengan baik dari dalam menghadapi perubahan iklim dan mitigasi serta penanganan kebencanaan.
”Untuk menjawab tantangan tema yang diberikan, tim kami memilih untuk berfokus pada bagian infrastruktur jalan di IKN. Adapun solusi yang kami tawarkan adalah membuat sistem perkerasan berbasis perpetual pavement system dari material daur ulang berbahan lokal. Konsep ini kami pilih karena adanya potensi untuk meningkatkan masa layan perkerasan jalan sehingga mampu mengoptimasi biaya dan durasi perawatannya,” tutur Kinanti.
Lebih lanjut, Kinanti menambahkan bahwa prinsip utama yang dipakai dalam solusi perpetual pavement system yang mereka rancang adalah adanya substitusi filler pada campuran perkerasan berupa wood ash melalui metode pirolisis. Wood ash tersebut diperoleh dari limbah pekerjaan bekisting kayu yang saat ini sedang dikerjakan di dalam proyek-proyek IKN. Prinsip ini merupakan salah satu upaya terintegrasi yang mereka ajukan dengan menerapkan metode konstruksi ramping (lean construction).
”Dalam implementasi solusi ini, kami akan menerapakan prinsip kemitraan (partnership) antara Divisi Gedung dan Divisi Bidang Jalan untuk dapat dianalisis lebih lanjut dalam proses pendistribusian limbah bekisting kayu. Hal ini menjadi penting karena koordinasi dan antar proyek ini seringkali menjadi masalah dari penerapan lean construction ini,” tambah Kinanti.
Fauzi Septama Sis, anggota lain Tim Kuya Kuyi Bubat melanjutkan bahwa proses yang dilalui oleh ia dan tim dalam kompetisi ini tidak mudah. Tantangan dalam hal manajemen waktu menjadi problematika yang cukup rumit karena proses perlombaan ini banyak memakan waktu dalam sisi perencanaan teknisnya. Adanya tuntutan tugas besar dalam kegiatan akademik adalah salah satu hambatan utama bagi Tim Kuya Kuyi Bubat dalam menjalani proses ini.
”Menyadari bahwa waktu yang kami miliki tidak banyak karena adanya tuntutan akademik, kami pun pada akhirnya selalu mencoba untuk selalu mengupayakan komunikasi yang efektif dalam setiap diskusi yang kami lakukan. Kami yakin, aspirasi yang dapat tersampaikan dengan baik jika komunikasi yang terjadi baik pula. Selain itu, kolaborasi dengan sikap saling percaya terhadap kemampuan masing-masing anggota tim adalah kunci keberhasilan lain yang mengantarkan kami meraih juara 2 di kompetisi ini,” pungkas Fauzi.