BANDUNG, kemahasiswaan.itb.ac.id - Tim mahasiswa aristektur ITB yang terdiri dari Yuni Ariefah (15221030), Erensa Ratu Chelsia (15221018), Nayla Auliya Putri (15221014), dan Salma Syahidah Kurniawan (15221021) berhasil meraih posisi juara 1 pada ajang Archfest 2024 International Architecture Competition. Lomba yang diadakan oleh Universitas Kristen Petra tersebut mengusung tema “The Blooming Heaven”. Dalam ajang tersebut, para peserta ditantang untuk merancang bangunan pendidikan yang inovatif dan “visually striking”. Ajang tersebut diikuti oleh mahasiswa di seluruh Indonesia dan luar negeri.
Erensa Ratu menjelaskan bahwasanya lomba tersebut terdiri dari beberapa tahap. Dimulai dari pengumpulan projek pada (28/4/24) hingga presentasi final pada (11/5/2024). Sebelum proses mendesain, Erensa dan tim perlu mendalami preseden bangunan nyata dan tesis kakak tingkat. Selain itu, Erensa dan tim banyak membaca literatur yang mendukung desain mereka dan mencari informasi mendalam tentang site yang mereka pilih.
Erensa juga menyebutkan bahwasannya timnya mengikuti lomba tersebut karena terinspirasi dari katingnyanya yang dulunya juga menempati posisi juara 1 pada ajang tersebut. Erensa menambahkan bahwa tingkatan lomba tersebut internasional serta hadiah yang ditawarkan cukup besar sehingga dia dan ketiga temannya tertarik untuk mengikuti ajang tersebut.
Memilih topik yang relevan dengan pendidikan, Erensa dan kawan - kawan membawakan “Agrinova” dalam ajang tersebut. Agrinova, konsep ide yang diusulkan merupakan bangunan pendidikan yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat lokal Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur dengan cara meningkatkan skill dan minat belajar sehingga bisa bersaing dengan penduduk baru.
“Ide kami didasari atas minimnya tingkat pendidikan warga lokal di sebuah kabupaten di Kalimantan Timur yang akan menjadi bagian ibu kota negara (IKN), sehingga mereka berisiko kalah saing dan tersingkirkan oleh penduduk baru. Kami mendesain bangunan yang diharapkan dapat meningkatkan skill yang sudah dimiliki penduduk asli dan meningkatkan minat belajar mereka agar dapat bersaing dengan pendatang baru. Idenya fokus ke pendidikan agrikultur dan perikanan, keahlian yang perlu dikembangkan untuk menopang kebutuhan pangan setempat,” jelas Yuni (Arsitektur’21).
Bukan pertama kalinya Yuni dan tim memenangkan ajang perlombaan. Banyak pelajaran yang mereka dapatkan dari mengikuti beberapa perlombaan.
“Mengikuti lomba perancangan arsitektur seperti ini menjadi pelajaran terbesar bagi kami. Karena sebelumnya lomba yang kami ikuti tentang teknologi bangunan sehingga lebih terukur gitu ya dan kami sudah paham gimana penilaiannya. Tapi berbeda dengan lomba ini yang sifatnya perancangan sehingga kami perlu belajar dan mengulik kira-kira bagaimana juri ini melihat hasil desain ataupun karya kami,” jelas Yuni lebih lanjut.
Tak hanya pelajaran yang mereka dapatkan, dalam proses pengerjaan banyak tantangan yang mereka hadapi. Kesulitan membagi waktu antara akademik dan sayembara yang mereka ikuti menjadi salah satunya. Selain itu, waktu pengerjaan yang bertabrakan dengan waktu lebaran membuat beberapa anggota sulit untuk dihubungi. Tak hanya itu, tenggat waktu yang bersamaan antara tugas akademik dan sayembara membuat Erensa dan tim begadang dan ada salah satu anggota yang sakit.
Dari pengalaman ini, Erensa dan tim berpesan kepada para mahasiswa untuk pintar - pintar membagi waktu akademik dan lomba. Menurutnya mengikuti lomba membutuhkan waktu dan pikiran yang lumayan serius sehingga perlu kesiapan dan komitmen dari setiap anggota.
“Cari anggota yang komit sampai akhir karena kalau sudah demot di tengah jalan tapi ga ada yang dorong lagi bakal ga jadi sampe akhir. Intinya siapin diri, waktu dan cari teman yang satu tujuan,” jelas Nayla (Arsitektur’21).
“Harapannya ilmu dan pencapaian yang sudah didapatkan dari lomba ini jadi bisa membantu di kemudian hari dan apapun kesulitan yang sudah dilewati bisa jadi pembelajaran untuk bisa berkembang lebih jauh,” pungkas Nayla.