English Language Indonsian Language

American Corner ITB Gelar Sharing Session, Dukung Upaya Membangun Ketahanan Mental Mahasiswa

Sabtu, 09 November 2024 | Reporter : Iko Sutrisko Prakasa | Editor : Anne Rufaidah

BANDUNG, kemahasiswaan.itb.ac.id – UPT Perpustakaan ITB, melalui American Corner ITB, mengadakan acara sharing session bertajuk “Building Mental Health Resilience” pada Kamis (7/11/2024)  di Gedung UPT Perpustakaan ITB, Kampus Ganesha, dengan tujuan untuk memberikan wawasan dan dukungan kepada mahasiswa ITB terkait pentingnya menjaga ketahanan mental dalam menghadapi berbagai tantangan akademik dan kehidupan perkuliahan. Acara ini terdiri dari dua sesi yang dipandu oleh narasumber berpengalaman di bidang psikologi dan kesejahteraan mahasiswa, yakni Kepala Sub Direktorat Kesejahteraan Mahasiswa ITB, Ir. Hendri Syamsudin, M.Sc., Ph.D., serta Psikolog BK ITB, dra. Isriana.

Menumbuhkan Resiliensi Mental di Kalangan Mahasiswa ITB

Dalam sesi pertama, “Supporting ITB Student in Mental Health Resilience,” Ir. Hendri memaparkan berbagai faktor yang sering kali menjadi penyebab masalah kesehatan mental di kalangan mahasiswa, seperti tekanan akademik, masalah finansial, dan fenomena impostor syndrome. Menurutnya, mahasiswa sering kali dihadapkan pada situasi di mana mereka harus memilih antara fokus akademik dan kehidupan sosial mereka, dan kondisi ini dapat meningkatkan risiko stres serta masalah psikologis lainnya.

Lebih lanjut, Ir. Hendri juga mengungkapkan bahwa masalah finansial turut berperan dalam memengaruhi kesejahteraan mental mahasiswa. Banyak mahasiswa mengalami tekanan finansial yang berujung pada ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari, dan pada akhirnya berimbas pada pilihan-pilihan yang kurang sehat, seperti mengandalkan pinjaman online atau konsumsi makanan instan yang minim gizi.

“Penting untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan finansial dan kebutuhan emosional agar mahasiswa bisa tetap fokus pada perkembangan diri mereka,” ungkapnya.

Dalam upaya mendukung mahasiswa, ITB melalui Direktorat Kemahasiswaan telah menyediakan berbagai program dukungan, termasuk layanan bimbingan konseling yang meliputi aspek promotif, preventif, dan kuratif. Selain itu, tes psikologi tahunan juga diadakan guna memantau kondisi mental mahasiswa secara berkala. Ir. Hendri menjelaskan, bahkan pada tahun 2020, meskipun pandemi COVID-19, tetap dilaksanakan tes ini secara online. Langkah ini diambil sebagai bentuk perhatian institusi terhadap kesejahteraan mental seluruh mahasiswa, dengan harapan bisa mendeteksi dini gejala-gejala yang mungkin muncul.

ITB juga menghadirkan program pendamping sebaya di mana mahasiswa yang terlatih berperan sebagai teman curhat bagi rekan-rekan mereka. Dengan adanya pendamping sebaya ini, mahasiswa dapat memperoleh dukungan dengan cepat tanpa perlu menunggu jadwal konseling resmi. Selain itu, kolaborasi dengan pihak keluarga juga dianggap penting, mengingat terbatasnya jumlah tenaga psikolog di kampus. Hendri menegaskan bahwa dukungan kesehatan mental harus mencakup keterlibatan dari pihak keluarga dan masyarakat, sehingga mahasiswa dapat merasakan dukungan yang berkelanjutan.

Melepaskan Belenggu Kebahagiaan

Sesi kedua, yang dipandu oleh psikolog dra. Isriana, berfokus pada tema “Breaking Free: Melepaskan Diri dari Belenggu Kebahagiaan.” Dra. Isriana membuka sesi dengan menyoroti bahwa setiap individu sebenarnya memiliki potensi kebahagiaan dalam diri masing-masing, namun sering kali kita sendiri yang menghambat kebahagiaan tersebut. Menurutnya, kebahagiaan sejati tercipta ketika kita mampu melepaskan diri dari emosi negatif yang kerap menghambat, seperti rasa iri, tidak adil, atau perasaan bahwa orang lain lebih baik dari kita.

Ia menjelaskan, banyak orang yang terjebak dalam zona nyaman yang sebenarnya penuh ketidaknyamanan, seperti dalam kasus hubungan yang tidak sehat. Meski berada dalam situasi yang merugikan, banyak orang tetap bertahan karena adanya perasaan aman dalam pola rutinitas yang sudah dikenali.

“Zona nyaman bukan selalu berarti menyenangkan, tetapi lebih pada rutinitas yang kita pahami. Dalam kasus kekerasan rumah tangga, misalnya, meski penuh penderitaan, korban sering merasa ada kepastian yang membuat mereka bertahan, misalnya selalu akan ada penyesalan dari si pelaku di akhir,” jelasnya.

Isriana menegaskan bahwa salah satu langkah penting dalam melepaskan diri dari belenggu kebahagiaan adalah kemampuan untuk mengenali dan menerima emosi yang dirasakan. Sering kali, rasa tidak layak dan kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain menjadi faktor utama yang menghalangi seseorang untuk mencapai kebahagiaan sejati. Ia juga mengajak mahasiswa untuk berlatih menjadi lebih tangguh melalui proses resiliensi, yakni kemampuan untuk pulih dari situasi sulit dengan tetap mempertahankan keseimbangan mental dan emosional.

Melalui acara ini, Direktorat Kemahasiswaan ITB terus berupaya menunjukkan komitmen dalam menciptakan lingkungan kampus yang mendukung kesehatan mental mahasiswa. Diharapkan, dukungan yang terus berkembang ini dapat menjadi langkah awal dalam membangun ketahanan mental di kalangan mahasiswa ITB, sehingga mahasiswa dapat terus berkembang dengan baik, baik dari sisi akademis maupun emosional mencapai performa terbaik dirinya.

Logo Kemahasiswaan ITB

Gedung Campus Center Barat Lantai 1

Jl. Ganesa No.10 Lebak Siliwangi

Kec. Coblong, Kota Bandung 40132

Phone: (022) 2504814

© Direktorat Kemahasiswaan Institut Teknologi Bandung