English Language Indonsian Language

Kolaborasi Himarekta “Agrapana”, HMM, dan HMPP “Vadra” Kembangan Sentra Produksi Cabai di Desa Sukawangi

Rabu, 11 Desember 2024 | Reporter : Nur Asyiah | Editor : Anne Rufaidah

JATINANGOR, kemahasiswaan.itb.ac.id - Produksi cabai di Indonesia seringkali menghadapi tantangan, mulai dari fluktuasi harga hingga keterbatasan dalam penanganan hasil panen. Kondisi ini disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari teknik budidaya yang kurang optimal, cuaca yang sulit dikendalikan, dan minimnya fasilitas pascapanen yang memadai. Akibatnya, petani seringkali mengalami kerugian ketika hasil panen melimpah namun tidak diimbangi dengan teknologi pengolahan yang tepat, sehingga cabai cepat membusuk dan kualitasnya menurun. 

Permasalahan diatas terjadi juga pada petani di Desa Sukawangi yang mengalami kerugian besar karena banyaknya cabai reject yang terbuang sia-sia. Ketika panen melimpah, harga cabai di pasar sering mengalami fluktuasi akibat kelebihan pasokan, sementara sekitar 30% hasil panen tidak terjual karena standar grading yang ketat meskipun cabai tersebut masih layak konsumsi. Petani Sukawangi juga tidak memiliki fasilitas yang cukup untuk mengolah cabai menjadi produk olahan yang memiliki nilai tambah. Parahnya lagi, akhir-akhir ini cuaca sedang tidak bersahabat dengan petani sehingga penyemaian cabai menjadi terkendala karena hujan. “Hujan membuat kegiatan penyemaian cabai terhambat. Sementara disini tidak ada greenhouse sehingga ketika menyemai cabai di saat hujan, hasilnya tidak ada yang mulus,” ucap Yoyo, Ketua Kelompok Petani Desa Sukawangi.

Prihatin dengan permasalahan tersebut, Himpunan Mahasiswa Rekayasa Pertanian Himarekta “Agrapana” ITB berkolaborasi dengan Himpunan Mahasiswa Pasca Panen “Vadra” ITB dan Himpunan Mahasiswa Mesin “HMM” ITB terjun langsung ke Desa Sukawangi melaksanakan pengabdian masyarakat yang berlangsung pada bulan Oktober sampai November. Kolaborasi ketiga himpunan ini membantu pengembangan sentra produksi cabai di Desa Sukawangi dengan memberikan pelatihan penyemaian cabai dan pengolahan cabai menjadi cabai bubuk menggunakan mesin solar dryer cabinet.  Kegiatan ini dihadiri oleh Dr. Rijanti Rahaju Maulani, S.P., M.Si. sebagai dosen pembimbing dalam kegiatan pengabdian ini. Rijanti menyampaikan bahwa kegiatan pengabdian ini merupakan satu hal yang positif, dimana masyarakat mau untuk menerima inovasi yang diberikan oleh mahasiswa maupun dosen untuk mengembangkan sentra produksi cabai di Desa Sukawangi. Rijanti juga menekankan bahwa kolaborasi antar pihak, baik dosen, mahasiswa, maupun warga desa merupakan hal yang  penting untuk mewujudkan inovasi yang lebih lengkap. 

Kegiatan pengabdian ini menyasar Kelompok P4S Karya Mandiri Prima dan Kelompok Wanita Tani Medal Asri. Selain meningkatkan efisiensi produksi cabai dengan cara penerapan ilmu dan teknologi pertanian, mulai dari proses budidaya hingga proses pengolahan pascapanen, pengabdian ini bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah cabai dengan adanya diversifikasi produk cabai. Sebanyak 30 petani berpartisipasi dalam kegiatan pengabdian ini. Pengabdian ini terdiri dari 3 rangkaian kegiatan utama yaitu sosialisasi dan praktik persemaian tanaman cabai, praktik pascapanen berupa pengeringan dengan blansir dan pengolahan menjadi cabai bubuk, dan pembuatan solar dryer. 

Dokumenrasi : Tim Dokumentasi Agrapana ITB

Rijanti sebagai dosen pembimbing menjelaskan SOP budidaya cabai merah kepada para petani dalam rangka penyediaan cabai merah dengan kualitas baik. Ia menyebutkan bahwa ada dua hal penting saat merawat tanaman cabai yaitu pemasangan ajir serta perlakuan prentelan. “Pemasangan ajir sangat penting dilakukan agar tanaman tidak mudah rebah. Selain itu, perlu juga dilakukan pembuangan bagian - bagian tanaman yang memboroskan hasil fotosintat. Contohnya tunas di ketiak daun,” imbuhnya

Kegiatan ini memberikan respon yang positif dari para petani. Petani merasa sangat terbantu dengan inovasi yang diberikan mahasiswa ITB dan mampu membantu meningkatkan nilai jual komoditas cabai di desa Sukawangi. Selain itu juga, kegiatan ini juga bermanfaat untuk mencegah terjadimya food loss. 

Meskipun begitu, ada sedikit kendala saat uji coba alat solar dryer kepada para petani. Farrel Sajid (BA’21), salah satu anggota pengabdian tersebut mengungkapkan bahwa solar dryer yang dirakit masih belum tahan terhadap hujan sehingga mampu meloloskan air untuk masuk ke dalam alat. Hal ini mengakibatkan kayu penampung cabai ditumbuhi jamur. “Namun kamu sudah menemukan solusi dengan cara menambal celah - celah yang kosong pada dengan mesin dengan perekat silika,” ungkap Farrel.

Kedepannya, mahasiswa dapat mengembangkan lebih lanjut dalam pemasaran produk cabai yang dihasilkan yaitu dengan pembuatan P-IRT agar lebih mendapatkan kepercayaan dari konsumen mengenai mutu dan keamanan dari produk pangan yang diproduksi. Harapannya kegiatan positif seperti ini bisa menyebar ke desa-desa lainnya sehingga bisa berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki.





 

Logo Kemahasiswaan ITB

Gedung Campus Center Barat Lantai 1

Jl. Ganesa No.10 Lebak Siliwangi

Kec. Coblong, Kota Bandung 40132

Phone: (022) 2504814

© Direktorat Kemahasiswaan Institut Teknologi Bandung