BANDUNG.kemahasiwaan.itb.ac.id – Mahasiswa Rekayasa Infrastruktur Lingkungan angkatan 2023 dari ITB melaksanakan program pengabdian masyarakat dengan sebutan Gorila 2025: Geonara, di Desa Cikasungka dan Desa Cikancung, Kabupaten Bandung. Program yang berlangsung selama delapan hari ini, mulai 20 hingga 27 Januari 2025 berfokus pada solusi permasalahan sampah dan sanitasi di Kecamatan Cikancung.
Kegiatan ini tidak hanya memberikan dampak positif bagi masyarakat, tetapi juga menjadi wadah bagi para mahasiswa untuk menerapkan ilmu perkuliahan dalam kehidupan nyata. Salah satu tujuan utama kegiatan ini adalah mengubah stigma masyarakat mengenai sampah serta meningkatkan kesadaran warga tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
Pengabdian ini melibatkan dua tim utama, yakni tim ganjil dan tim genap. Tim ganjil bertugas di Desa Cikasungka dengan fokus program pada pembangunan rumah maggot, revitalisasi taman, serta edukasi kepada siswa SD/MI mengenai maggot, pemilahan sampah, pembuatan biopori, dan pemanfaatan minyak jelantah menjadi sabun. Tim genap, yang bertugas di Desa Cikancung, mengadakan program revitalisasi TPS dan pembangunan rumah maggot. Mereka juga melakukan sosialisasi terkait pemanfaatan sampah organik menjadi pupuk.
Aisyah, Ketua Geonara, mengungkapkan bahwa program ini sengaja menyasar anak-anak SD/MI di sekitar desa untuk membiasakan mereka mengolah sampah organik dengan memasukkannya ke dalam rumah maggot. “Diharapkan kegiatan ini dapat menjadi kebiasaan yang berkelanjutan bagi anak-anak di desa,” ujar Aisyah.
Selama pelaksanaan kegiatan, lebih dari 80 orang, termasuk mahasiswa dan warga setempat, terlibat aktif dalam pembangunan dua rumah maggot. Untuk mempercepat pengerjaan, mereka juga menyewa tukang, namun mahasiswa dan warga turut serta membantu dalam proses pembangunannya.
Selain itu, mahasiswa berhasil membersihkan tumpukan sampah yang telah menumpuk selama delapan bulan di TPS Desa Cikasungka, sehingga area tersebut kini terlihat lebih bersih dan rapi. Mereka juga memperbaiki serta menambah biopori di sekitar desa. Meski hujan yang turun setiap sore sempat menghambat kegiatan, mahasiswa tetap berupaya menyelesaikan target harian dengan memanfaatkan waktu sebaik mungkin.
Aisyah menegaskan bahwa program ini tidak berhenti sampai di sini. Mereka berencana melakukan monitoring berkala dan mengagendakan kunjungan anak-anak SD ke rumah maggot untuk mengenalkan lebih jauh tentang manfaat maggot dalam mengolah sampah organik.
Kegiatan pengabdian ini menjadi langkah awal yang diharapkan dapat menginspirasi desa lain untuk mengelola sampah secara mandiri dan berkelanjutan.