BANDUNG, kemahasiswaan.itb.ac.id – Kuliah umum KU-4078 Studium Generale kembali diadakan pada Rabu (7/5/2025) di Aula Barat ITB Kampus Ganesha dan menghadirkan salah satu tokoh penting dalam dunia bisnis global, Matthias Altendorf, President of the Supervisory Board Endress+Hauser Group. Dalam kesempatan tersebut, Altendorf membawakan topik bertajuk “Bionic Leadership for Family Business Longevity”, yang membahas bagaimana kepemimpinan berbasis nilai biologis dan sosial mampu menjaga kelangsungan bisnis keluarga lintas generasi.
Altendorf membuka sesi dengan berbagi pengalamannya memimpin salah satu perusahaan teknologi keluarga terbesar di Swiss, yaitu Endress+Hauser, serta pelajaran yang diperolehnya mengenai bagaimana menjaga keberlangsungan bisnis keluarga. Endress+Hauser sendiri merupakan perusahaan yang telah didirikan sejak tahun 1953 dan berfokus pada otomasi proses dan memiliki berbagai produk serta layanan yang mendukung optimalisasi proses industri. Sektor yang dilayani mencakup energi, makanan dan minuman, bahan kimia dan laboratorium, minyak dan gas, serta pengolahan air dan limbah.
Dalam paparannya, Altendorf menekankan bahwa perusahaan keluarga memiliki keunikan tersendiri karena tidak terikat oleh tekanan pasar saham seperti perusahaan pada umumnya, sehingga bisa berpikir jangka panjang bagaimana perusahaan akan terus berjalan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Hal ini tercermin dalam nilai-nilai yang dianut Endress+Hauser, yakni komitmen, keunggulan, keberlanjutan, tata kelola, dan kerendahan hati. Nilai-nilai ini, menurutnya, menjadi fondasi bagi keberhasilan perusahaan dalam menghadapi tantangan zaman, sekaligus menjadi warisan yang dijaga lintas generasi.
Salah satu poin menarik dalam sesi ini adalah konsep bionic leadership, yaitu kepemimpinan yang mengadopsi prinsip-prinsip dari alam, baik dari segi ekosistem hingga evolusi, yang kemudian diterapkan dalam dunia bisnis. Altendorf mengajak para peserta untuk melihat lingkungan sebagai faktor utama dalam membentuk organisasi yang berdaya. Ia mengibaratkan perusahaan sebagai organisme hidup yang harus memahami lingkungannya agar dapat bertahan.
Lebih jauh, Altendorf menyampaikan bahwa kita hidup di mana informasi tersebar dengan sangat cepat dan meluas. Dalam situasi ini, keberanian untuk mengambil keputusan menjadi inti dari kepemimpinan yang efektif.
“Kita tidak lagi kekurangan informasi, justru kita hidup dalam banjir informasi. Kita butuh pemimpin yang berani untuk memilih,” jelasnya.
Ia juga mengutip salah satu kutipan Charles Darwin yang menegaskan poin penting mengenai adaptabilitas,“It is not the strongest of the species that survives, nor the most intelligent. It is the one that is most adaptable to change.” Menurutnya, prinsip ini tidak hanya berlaku di dunia biologi, tetapi juga dalam manajemen bisnis, terutama dalam memastikan keberlanjutan perusahaan keluarga di tengah perubahan global yang masif.
Selain itu, Altendorf membahas konsep kepemimpinan dari perspektif evolusi biologis. Melalui interaksinya dengan salah satu kurator kebun binatang, ia semakin memperdalam pemahamannya tentang keterkaitan antara bentuk fisik makhluk hidup dengan lingkungan hidupnya. Dari zebra hingga buaya, semuanya menunjukkan bahwa kemampuan beradaptasi dengan lingkungan adalah kunci evolusi. Hal ini yang kemudian ia bawa dan terapkan dalam kepemimpinannya, yakni pemimpin juga perlu memahami konteks sosial, budaya, dan ekonomi tempat organisasinya berada.
Menutup perkuliahannya, Altendorf menekankan bahwa kepemimpinan harus mampu melihat organisasi secara holistik. Tidak cukup hanya mengejar efisiensi atau pertumbuhan ekonomi semata, tetapi juga memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan, hubungan antar manusia, dan keberlanjutan jangka panjang.
“Kita butuh pemimpin yang bisa melihat lebih dari sekadar angka dan target, tapi juga melihat manusia dan hubungan di balik semua itu. Kepemimpinan yang bukan hanya soal kekuasaan, tapi soal tanggung jawab. Bukan hanya soal efisiensi, tapi juga soal keberlanjutan. Bukan hanya soal teknologi, tapi juga soal kebijaksanaan,” pungkasnya.